Kamis, 04 November 2010

materi I IERT

Kajian dan Diskusi Research and Development

Ekonomi Islam

Part I

Oleh: Muhammad Saddam

Fenomena perekonomian dunia yang terus mengalami perubahan membuat manusia selalu merespon perubahan tersebut. Respon yang diberikan terkadang memuat juga solusi untuk menghadapi fenomena yang akan terjadi. Mulai dari Zaman Nabi Adam Alaihissalam hingga Zaman modern saat ini, fenomena-fenoma ekonomi tersebut pun memberikan berbagai alternative dan pilihan agar kehidupan yang dijalani bisa terus konsisten dalam fase kemakmuran.

Pada dasarnya, perekonomian tersusun dari mozaik-mozaik pertanyaan-pertanyaan mengenai bagaimana,apa,mengapa,dan kapan kah kemakmuran itu. Pertanyaan-pertanyaan itulah yang kemudian melahirkan berbagai macam pemikiran untuk memahamii dan menjawab fenomena ekonomi tersebut. Namun, dari sekian banyak perenungan yang dilakukan, fenomena ekonomi ini masih belum bisa dikendalikan hingga batas ideal.

Lantas, apa yang menyebabkan landasan-landasan pemikiran yang dilahirkan para filsuf ekonomi tersebut belum mampu menghadirkan konsep ekonomi yang ideal? Apakah memang belum ada satu konsep pun yang benar-benar ideal hingga saat ini? Atau sebenarnya sudah ada konsep ideal tersebut, namun tidak dihadirkan (sengaja dihilangkan) agar kepentingan manusia yang memang tidak ada habisnya bisa selalu terjaga?

Jika kita kaji lebih dalam, pada dasarnya hidup manusia memang selalu dihadapkan oleh berbagai macam pilihan. Pilihan-pilihan tersebut, kemudian yang akan menentukan seberapa besar manfaat yang akan didapat oleh individu yang melakukan pilihan itu. Ilmu ekonomi yang berkembang saat ini, mencoba menganalisis dan mengajarkan bagaimana manusia seharusnya memilih sehingga daya guna atau manfaat dari pilihan tersebut bisa maksimal.

Ilmu ekonomi yang berkembang selalu saja dipengaruhi oleh doktrin ideology dari pengembang disiplin ilmu tersebut. Ilmu ekonomi yang saat ini kita pakai,anut, dan pelajari sangat banyak dipengaruhi oleh ideology romawi dan yunani atau dalam kondisi modern disebut ideology barat.

Ideology barat yang lahir berdasarkan asas materialistic dialektis pun terbagi menjadi dua bagian. Ideology materialistic komunis dan deology materialistic kapitalis. Ideology materialistic sosialis mengajarkan bahwasanya alam telah memberikan hak yang sama kepada tiap-tiap orang untuk memakai semua barang. Konsep seperti itu disempaikan Francois Emile Babeuf(1760-1797) yang kemudian pemikirannya dikembangkan lebih luas oleh Karl marx(1818-1883) melalui buku fenomenalnya yaitu Das Kapital yang menjadi manifest gerakan komunis sedunia.

Ideology sosialis ini, terbentuk karenanya adanya kesenjangan tinggi antara buruh dengan para pemilik modal. Ideology ini kemudian meledak menjadi suatu pergerakan dengan pemantik terbesarnya adalah revolusi Industri di Inggris. Pergerakan revolusi buruh ini kemudian yang membagi ideology materialistic menjadi dua bagian.

Sementara itu, ideology materialistic kapitaalis lahir sejak zaman yunani dahulu. Ideology ini dilahirkan oleh Xenophon yang disebut sebagai bapak ekonomi karena menemukan istilah oikonomia yang kemudian disebut ekonomi. Xenophon yang merupakan murid Socrates dan adik tingkat dari plato menganjurkan dalam bukunya tersebut agar Negara memperbanyak tambang-tambang perak dengan tujuan menambah kekayaan umum dan perdagangan,kongsi dagang sangat dianjurkan.

Dua pemikiran diatas pada dasarnya bermuara pada satu ideology, yaitu ideology materialistic. Semua diukur karena ada atau dirasakan secara rill kemanfaatannya. Pemikiran Descartes dengan kata-kata ajaibnya “aku berfikir maka aku ada” ini yang menjadi dasar pemikiran golongan materialistic.

Dua ideology yang saat ini berpengaruh bahkan menjadi dasar aplikasi ilmu ekonomi tersebut jelas saja memiliki kelemahan dan kekurangan sehingga pertanyaan-pertanyaan pada paragraph sebelumnya harus ditelusuri, adakah system atau ideology yang pernah menjadi suatu pedoman dalam pelaksanaan kegiatan ekonomi dan mampu mencapai posisi kemakmuran yang ideal?

  1. Islam sebagai Ideology

Pada abad ke 6 tepatnya tahun 571 Masehi, dilahirkan seorang putra bangsa arab yang bernama Muhammad bin Abdullah. Putra bangsa Arab ini yang kemudian menerima wahyu dan menjadi Nabi terakhir dalam sejarah ummat manusia. Ajaran atau wahyu yang diterima oleh beliau berisi rahasia-rahasia kesuksesan dan ketentraman hidup. Tidak salah jika pada akhir hayatnya, beliau sudah mampu menyatukan jazirah Arab. Proses penyatuannya pun tidak terlalu memerlukan waktu yang banyak hanya 23 tahun.

Agama Islam yang dibawa oleh Rasulullah adalah agama yang paripurna. Didalamnya diatur bagaimana manusia harusnya berperilaku dan bertindak. Dalam ajarannya tersebut disampaikan juga bahwasanya ada Dzat yang telah mengendalikan semua kehidupan di dunia ini. Dzat Yang Maha Agung, Allah SWT.

Semua tindak tanduk kehidupan manusia haruslah didasarkan atas keridhoanNya. Semua aspek haruslah berwujud ibadah sebagaimana FirmanNya dalam Surat Ad-dzariat ayat 56” dan tidak Aku ciptakan Jin dan Manusia selain untuk beribadah Kepada-Ku”.

Dari penjelasan diatas,wajib diyakini oleh semua ummat islam bahwa ada hal Ghaib(tidak terlihat) yang mempengaruhi dan menentukan kehidupan. Semua akan sia-sia jika dilakukan tanpa niat ibadah kepadaNya. Aspek inilah yang kemudian menjadi dasar Ideology kaum muslim. Dan disebut dengan ideology Islam yang berazas pada syariat-syariatNya dan diturunkan melalui perantara Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW.

  1. Islam dan Ekonomi

Sebagai ajaran yang paripurna, Islam pun mengatur kegiatan ekonomi. Hal ini dapat dibuktikan dengan banyaknya ayat Al-Qur’an tentang aktivitas perekonomian. Sehingga,seorang muslim ketika melakukan kegiatan ekonomi harus sesuai dengan doktrin ekonomi Islam. Menurut Baqr Ash Shadr dalam bukunya yang berjudul Iqtishaduna, menjelaskan bahwasanya ekonomi islam adalah sebuah doktrin dan bukan merupakan suatu ilmu pengetahuan, karena ia adalah cara yang direkomendasikan Islam dalam mengejar kehidupan ekonomi, bukan merupakan suatu penafsiran yang dengannya Islam menjelaskan peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam kehidupan ekonomi dan hukum-hukum yang berlaku didalamnya.

Artinya setiap kegiatan ekonomi yang ada, haruslah berdasarkan aturan-aturan yang telah disyariatkan dalam islam. Semua sudah baku dan tetap.

  1. Dasar hukum ekonomi Islam

Sebagai bagian dari ajaran Islam, maka landasan hukum ekonomi Islam adalah Al-Qur’an dan Sunnah selain itu juga Ijtihad dan Qiyas/ijma’..

Ijtihad,Qiyas dan Ijma’ adaalah pendapat para ‘ulama yang bertujuan untuk mendefinisikan dan menjabarkan makna tafsir hadits dan Qur’an. Tujuannya agar ketika permasalahan-permasalahan ummat yang secara kontekstual(tersurat) tidak ada dalam Al-Qur’an namun ada secara tersirat, bisa diterjemahkan oleh para ‘ulama. Namun tetap, dasar hukum utamanya adalah Al-Qur’an dan Hadits.

  1. Konsep dasar

Seperti yang ditulis oleh Baqr Shadr bahwasanya ilmu ekonomi dalam islam berupa doktrin yang merupakan rekomendasi dan saran dalam kegiatan ekonomi. Sehingga sudah jelas konsep dasar ekonomi islam adalah ekonomi yang dijalankan sesuai dengan prinsip-prinsip ataupun syariat islam.

Umer chapra(1999:8) dalam bukunya mengatakan bahwa berbeda dengan system secular yang hanya berorientasi menguasai dunia(materi), tujuan-tujuan Islam (Maqashid Syariah) adalah bukan semata-mata bersifat materi.

Ekonomi islam sejatinya dilakukan untuk mencapai falah(kesejahteraan). yang dimaksud falah disini adalah kesejahteraan dunia dan juga kesejahteraan akhirat. Imam Alghazali menyebutkan bahwa tujuan dari Syariah dalah meningkatkan kesejahteaan(falah) melalui perlindugan agama(dien),diri(manusia), akal(aql),kturunan(nasl), dan harta(maal) yang kemudian 5 hal ini disebut dengan maqashid syariah.

( to be continued in islamic economics part II)……………….

Daftar Pustaka

Sakti, Ali. Analisis Teoritis Ekonomi Islam.jakarta: Aqsha publishing house.2007

Asshadr,Muhammad Baqr.Iqtishaduna. Jakarta:Zahra publishing.2008

Chapra,Umer. Islam dan tantangan Ekonomi.Surabaya:Risalah Gusti.1999

Green, marshall. Buku Pintar Teori Ekonomi.Jakarta:Aribhu Publisher. 1997